Sabtu, 18 Juni 2011

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA

DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang perkembangan (development) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill) fungsi organ atau individu.kedua proses ini terjadi secara sinkron pad setiap individu.


CIRI KHAS ANAK
1. Tumbuh
2. Tumbuh kembang
3. Berkembang


TUMBUH KEMBANG
Anak dapat tumbuh kembang melalui tahapan yang sesuai stimulasi,deteksi,dan intervensi.


1. MENGAPA DETEKSI DINI PERLU
a. Kualitas generasi penerus tergantung kialitas tumbuh kembang anak,terutama balita ( 0-3 tahun) merupakan masa perkembangan anak.
b. Penyimpangan tumbuh kembang harus dideteksi ( ditemukan )sejak dini,terutama sebelum berumur 3 tahun,supaya dapat segera diintervensi ( diperbaiki).
c. Bila deteksi terlambat,maka penanganan terlambat penyimpangan sukar diperbaiki.
d. Presiden RI 31 juli 2005 mencanangkan:Gerakan nasional pemantauan tumbuh kembang anak.
e. Wewenang bidan:Kepmenkes no 900/2002:Tentang registrasi dan praktik bidan.Bab V ps 16 dan 20.lam III :pemantauan deteksi/intervensi dini tumbuh kembang.


2. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG MENCAKUP
a. Aspek pertumbuhan
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.
b. Tanyakan Perkembangan
1. Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP ( Kuesioner pra skrining perkembangan).
2. Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD ( Tes daya dengar),penglihatan dengan TDL (Tes daya lihat).
c. Aspek Mental Emosional.
1. KMEE (Kuesioner masalah mental emisional).
2. CHAT (Check List for Autism Toddles :Leklis Deteksi Dini Autis).
3. GPPH ( Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas).


Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-waktu yaitu pada :
a. Kasus rujukan
b. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh
c. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang


DETEKSI DINI PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG


1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan ( BB/TB )
1) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak apakah normal, kurus, kurus sekali atau gemuk
2) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
3) Pengukuran BB :
a. Menggunakan timbangan bayi
1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring atau duduk tenang
2. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka nol
4. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaos kaki dan sarung tangan
5. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
8. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri


b. Menggunakan timbangan injak
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
2. Lihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol
3. Anak sbaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri


4) Pengukuran panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB)
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka nol
4. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka nol ( pembatas kepala)
5. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki
6. Petugas 2 : membaca angka di tepi luar pengukur
b. Cara mengukur dengan posisi berdiri
1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu
2. Berdiri tegak menghadap ke depan
3. Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
5. Baca angka pada batas tersebut
c. Penggunaan table BB/TB (direktorat gizi masyarakat,2002)
1. Ukur tinggi atau panjang dan timbang berat badan anak, sesuai dengan cara di atas
2. Lihat kolom tinggi atau panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran
3. Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis kelamin anak, cri angka berat badan yang terdekat dengan berat badan ank
4. Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD )


b. Pengukuran lingkar kepala
1. Tujuan pengukuran
Untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau di luar batas normal
2. Jadwal pengukuran
Disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Pada ank yang lebih besar, umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. Pengukuran dan penilaian kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih


3. Cara mengukur lingkar kepala
a. Pengukuran dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang
b. Baca angka pada pertemuan dngan angka nol
c. Tanyakan tanggal lahir bayi/ anak, hitung umur bayi atau anak
d. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin anak
e. Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang
4. Interpretasi
a. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkar kepala ank normal
b. Bila ukuran lingkar kepala anak berada di luar jalur hijau, maka lingkar kepala ank tidak normal
c. Lingkar kepala anak yang tidak normal dibedakan menjadi 2: makrosepal, bila berada di atas jalur hijau dan mikrosepal, bila berada dibawah jalur hijau
5. Intervensi
Bila ditemukan makrosepal maupun mikrosepal segera dirujuk ke Rumah Sakit


2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan
a. Skrining perkembangan anak menggunakan kuisoner pra skrining perkembangan (KPSP)
1. Tujuan: untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan
2. Jadwal skrining : umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
3. Skrining dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
4. Alat yang digunakan adalah
a) Formulir KPSP menurut umur. Formuir ini berisi 9- 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0- 72 bulan.
b) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kericingan, kubus berukuran 2, 5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0, 5 - 1 cm
5. Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih pilih KPSP yang sesuai umur anak .
d) KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu:
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak.
2) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu- ragu atau takut menjawab oleh karena itu tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan satu- persatu. Setiap pertanyaan hanya satu jawaban ya atau tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
f) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab pertanyaan terdahulu.
g) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
6. Interpretasi hasil KPSP
a) Hitung berapa jumlah jawaban “ya”.
1) Jawaban “ya”, bila ibu atau pengasuh anak menjawab: anak bisa atau anak pernah atau anak sering atau kadang- kadang.
2) Jawaban “tidak”, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/ pengasuh anak tidak tahu.
b) Jumlah jawaban “ya”= 9 atau 10, perkembangan anak sesuai tahap perkembangannya (S).
c) Jumlah jawaban “ya”= 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
d) Jumlah jawaban “ya”=6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpanan (P).
e) Untuk jawaban “tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “tidak” menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
7. Intervensi
a) Bila perkembangan anakk sesuai umur atau (S), lakukan tindakan sebagai berikut:
1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
2) Teruskan pola asuh anak sesuai tahap perkembangan anak.
3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita. Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36- 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di PAUD, kelompok bermain dan TK
5) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setap 3 bulan pada berumur kurang dari umur 24 bulan dan setiap 6 bulan pada umur 24 bulan sampai 72 bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
1) Beri petunjuk kepada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpanan/ mengejar ketinggalannya.
3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan/ mengejar ketinggalannya.
4) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
5) Lakukan penilaian ulanh KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
6) Jika hasil KPSP ulang jawabannya “ya” tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpanga (P).
c) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan sbb:
Rujuk ke RS, dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemanidirian)








b. Tes daya dengar (TDD)
1. Tujuan: untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
2. Jadwal: setiap 3 bulan pada bayi kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak usia 12 bulan ke atas. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD, dan petugas terlatih lainnya.
3. Alat yang diperlukan
1) Instrument TDD menurut umur anak
2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, dan bola)
4. Cara melakukan TDD: tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan, pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
a) Pada anahk umur kurang dari 24 bulan:
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak. Tidak usah ragu- ragu atau takut menjawab karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu dan berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
4) Jawaban “ya” jika menurut orang tua/ pengasuh, anak dapat melakukannya dalam 1 bulan terakhir.
b) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) Pertanyaan- pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/ pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan aank dalam melakukan perintah orang tuan atau pengasuh.
3) Jawaban “ya” jika anak dapat melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
4) Jawaban ‘tidak” jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah orang tua/ pengasuh.
5) Interpretasi
(a) Bila ada satu atau lebih jawaban “tidak”, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
(b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/ balita/ status/ catatan medic anak jenis kelainan
6) Intervensi:
(a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
(b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi


c. Tes daya lihat (TDL)
1. Tujuan: untuk mendeteksi secara dini kelainan dapat dilihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
2. Jadwal: dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36- 72 bulan. Tes ini oleh tenaga kesehatan, guru TK, petugas PAUD terlatih.
3. Alat yang diperlukan:
a. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Dua buah kursi , satu untuk anak, satu untuk pemeriksa.
c. Poster “E” untuk digantung dari kartu “E” untuk dipegang anak.
d. Alat penunjuk
4. Cara melakukan tes daya lihat
a. Pilih suatu ruang bersih dan tenang dengan penyinaran yang baik.
b. Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
c. Letakkan sebuat kursi sejau 3 meter dari poster “E” mengahap ke poster “E”.
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster “E” untuk pemeriksa.
e. Pemeriksa memerikan kartu “E” pada anak. Latih anak dalam mengarahkan kartu E menghadap ke atas, bawah, kiri, kanan, sesuai ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa, beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E” dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/ kertas
g. Denga alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster satu- persatu mulai garis pertama sampai garis ke empat atau garis “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
h. Uji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
i. Ulangali pemeriksaan tersebut pad amata satunya dengan cara yang sama.
j. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat pada kertas yang telah disediakan .
Mata kanan:………………………… mata kiri:……………………..
5. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan sampai baris ke-3 pada poster “E” bila kedua mata anak tidak dapat melihat garis ke-3 poster “E” artinya tidak dapat mencocokan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ke-3 yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
6. Intervensi
Bila kemungkinan mengalami gangguan daya lihat, minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat garis yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan menuliskan mata yang yang mengalami gangguan (kanan, kiri, atau keduanya).


3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak,agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi yaitu:
a) Kuesioner masalah mental emosional (KMME) Bagi anak umur 36 bulan-72 bulan
b) Ceklis autis anak pra sekolah (Checklist for Autism in Toddlers CHAT) bagi anak umur 18-36 bulan
c) Folmulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatiaan dan Hiperaktivitas (GPPH) M enggunakan Abreviated Conner Ratting Scale Bagi ank umur 36 bulan keatas.


a. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
1) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak prasekolah
2) Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan pada anak umur 36-72 bulan.Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan anak.
3) Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36-72 bulan.
4) Cara melakukan:
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME Kepada orang tua atau pengasuh anak.
 Catat jawaban “Ya”,Kemudian hitung jumlah jawaban “YA”
5) Interpretasi
Bila ada jawaban “YA”,Maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
6) Intervensi
 Bila jawaban “ya” hanya 1 :
1. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh yang memdukung Perkembangan Anak
2. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
 Bila jawaban “ya” ditemukan 2 atau lebih :
Rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang ditemukan.


b. Deteksi Dini Autism pada anak pra sekolah
1) Tujuanya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autism pada anak umur 18-36 bulan
2) Jadwal deteksi dini autism pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengolah TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berubah berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a) Keterlambatan bicara
b) Gangguan komunikasi atau interaksi sosial
c) Perilaku yang berulang-ulang.
3) Alat yang digunakan adalah CHAT.CHAT ini ada dua jenis pertanyaan, yaitu :
a) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua pengasuh anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b) Ada 5 pertanyaan bagi anak, untuk melaksanakan tugas seperti yang tertulis CHAT
4) Cara menggunakan CHAT
a) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
b) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas CHAT.
c) Catat jawaban orang tua atau pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan kemampuan anak, ya atau tidak.Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5) Interpretasi
a. Resiko tinggi menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A5, A7, B2, B3 dan B4.
b. Resiko rendah menderita autis : bila jawaban “tidak” pada pertanyaan A7 dan B4.
c. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : bila jawaban “tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4, A6, A8, A9, B1 dan B5.
d. Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam kategori 1,2,dan 3.




6) Intervensi
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.


c. Deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak prasekolah .
1) Tujuanya adalah untuk mengetahui secara dini pada anak adanya GPPH pada anak umur 36 bulan ke atas
2) Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawahini :
• Anak tidak bisa duduk tenang
• Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
• Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif
3) Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH formulir ini terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
4) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
• Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
• Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
• Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain.Setiap saat dan ketika anak denngan siapa saja.
• Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5) Interpretasi
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai brikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total.
• Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
• Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
• Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
• Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nila total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH
6) Intervensi
a. anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
b. bila nilai total kurang dari 1 tetapi Anda ragu- ragu jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. ajukan pertanyaan kepada orang- orang terdekat dengan anak

Angka kematian ibu tidak banyak berkurang

Angka kematian ibu melahirkan tidak banyak berkurang dalam 10 tahun terakhir. Padahal menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil riset tersebut, persentase jumlah persalinan yang dilakukan dengan bantuan tenaga kesehatan telah mencapai 82 persen. Angka ini meningkat dari 75,4 persen pada tahun 2007 dan 40,7 pada tahun 1990.

Meski dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, kenyataannya angka kematian ibu melahirkan belum bisa ditekan. Dalam 10 tahun terakhir, angka kematian ibu melahirkan cenderung tidak banyak mengalami penurunan.

"Sejak tahun 1991 hingga 1997 grafiknya (AKI) turun drastis, namun dari 1997 hingga 2007 cenderung melandai. Ini peringatan buat kita," ungkap Menkes, Endang Rahayu Sedyaningsih saat membuka Simposium Nasional ke-6 Balitbangkes di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (20/12/2010).

Peringatan yang dimaksud Menkes adalah bahwa untuk mencapai target Milenium Development Goals (MDGs) 2015, Indonesia harus mampu menurunkan AKI sebanyak 2/3 dari angka tahun 1990. Sementara data terakhir dalam Riskesdas tahun 2007 menunjukan AKI masih sebesar 228/100 ribu kelahiran.

Menkes menambahkan, meningkatnya angka persalinan yang ditolong tenaga kesehatan merupakan modal untuk terus menurunkan AKI hingga mencapai target MDGs. Namun j8ika saat ini belum tampak pengaruhnya, maka butuh strategi yang lebih bersifat mikro.

"Suatu permasalahan ketika masih besar bisa diatasi dengan kebijakan-kebijakan untuk mencapai hasil yang drastis. Tapi pada titik tertentu hasilnya sudah tidak bisa drastis, butuh program-program yang lebih mikro. Artinya harus disesuaikan dengan kondisi daerah," tambah Menkes.

10 T

dulu di ANC kita kenal dengan istilah 7 T,kemudian jadi 8 T...skrg berubah lagi jadi 10 Langkah ANC.....

Ini adalah oleh2 ilmu Buat BIDAN smua..
yuk..kita belajar lagi teman............

Update teori ttg plyn ANC,yg dl ny 7 T,8 T skrg bukan T.
Tp d sebut 10 Langkah plyn ANC.
1.Timbang BB + ukur TB
2.Ukur tekanan darah
3.Nilai status gizi buruk
4.Ukur TFU
5.Tentukan presentasi janin dan DJj.
6.Skrining status imunisasi TT
7.Fe minimal 90 tablet slm hml
8. Test lab... (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara/konseling


Ok.. Smg BerMANFAAT..

Selasa, 14 Juni 2011

APN 58 LANGKAH

APN 58 Langkah

Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2003):
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

Sabtu, 11 Juni 2011

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Mengenali Gejala dan Tanda Kala II
1.      Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda :
a.                   Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b.                  Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada  rektum dan vaginanya.
c.                   Perineum menonjol .
d.                  Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan Pertolongan Persalinan .
2. Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk  menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi.
a.    Menggelar kain diatas perut ibu. Dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi.
b.   Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3.  Pakai celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan  tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk pemeriksaan dalam.
6. Masukan  oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan disinfeksi  tinggkat tinggi atau steril.
Memastikan Pembukaan Lengkap Dan keadaan Janin Bayi.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi.
a.    Jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang.
b.   Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c.    Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % → langkah 9.
8.  Lakukan Periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
  • Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9.  Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan korin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal.
Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu proses pimpinan meneran.
11.Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk  meneran.
( pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa   nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk    meneran.
14. Ajarkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16. Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi.
Lahirnya kepala.
19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain di kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan tali pusat.
a.    Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b.   Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran peksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tepatkan ke dua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar sehingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior saat bayi keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
( anterior ) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati – hati membantu kelahiran kaki.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu di posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik..
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukan oksitosin 10 unit IM (Intara muskuler) 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat  bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem dari arah bayi dan memasang klem ke dua  2 cm dari klem pertama ke arah ibu.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a.    Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan penguntungan tali pusat diantara dua klem tersebut.
b.   Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c.    Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi   tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
Penatalaksanaan Aktif  Persalinan Kala III.
Oksitosin
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus, memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas ( dorso – kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
  • Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangnan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir, (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
a.    Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
b.   Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.   Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.   Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
3.   Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4.   Ulangi penegangna tali pusat 15 menit berikutnya.
5.   Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual.
38.  Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan menggunakan ke dua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
  • Jika selaput ketuban robek, pakia sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
  • Rangsangan Taktil (Masase) Uterus.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan Masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( Fundus menjadi keras).
  • Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi placenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plesenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.
Melakukan Prosedur paska persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi  perdarahan pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a.    Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit bayi cukup menyusu dari satu payudara.
b.   Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
44. Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vit K 1 mg IM di paha kiri anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vit K berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral. Letakan bayi didalam jangkawan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. Letakan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
Evaluasi
46. Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1)                  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
2)                  Setiap 15 menit pada 1 jam pertama paska persalinan.
3)                  Setiap 20-30 menit pada jam kedua paska persalinan
4)                  Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama paska persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua paska persalinan.
a.    Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama paska persalinan
b.   Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
50. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 0C).
  • Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
  • Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
    • Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit kekulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.
Kebersihan Dan keamanan
51. Tempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
( 10 menit ), mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu untuk memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan klorin 0,5% .
56. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% membalikan bagian sarung tangan dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang  mengalir.

Pendokumentasian
58. Lengkapi patograf (Halaman depan dan belakang, periksa tanda vital dan asuhan kala IV). ( APN 2008)

KIAT MENCEGAH KANKER RAHIM

KIAT MENCEGAH KANKER RAHIM

by STOP KANKER RAHIM on Friday, April 15, 2011 at 2:51am
Banyak cara, misalnya, tak terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, apalagi tanpa indikasi dan saran dokter. Jangan pula menaburkan talk di vagina. Bisa juga dengan diet rendah lemak. Waduh! Kengerianlah yang langsung terbayang begitu mendengar kata kanker rahim. Kita tahu penyakit ganas ini menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi, tak perlu khawatir bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan. Karena justru, menurut dr. Nasdaldy, SpOG, , pencegahan menjadi bagian terpenting dari risiko kanker. "Caranya dengan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan risiko terjadinya kanker tersebut," tandasnya. Yang terjadi di sini justru sebaliknya, masih banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan, kendati sudah memiliki berbagai keluhan. Padahal, jika dibiarkan kanker akan semakin mengganas !
Jadi, yuk, kita ikuti sejumlah kiat mencegah kanker rahim yan g dipaparkan ahli kebidanan dan kandungan dari RS Kanker Darmais, Jakarta ini.

1. JAUHI ROKOK

Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim), lho. "Nikotin, kan, mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. " Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari kanker.
2. PENCUCIAN VAGINA

Sering, kan, kita melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal, kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci vagina antiseptik maupun deodoran. "Douching atau cuci vagina menyebabkan iritasi di serviks. Nah, iritasi berlebihan dan terlalu sering akan merangsang terjadinya perubahan sel, yang akhirnya jadi kanker." Jadi, sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-bahan kimia tak dilakukan secara rutin. "Kecuali bila ada indikasi, misalnya, infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.Itu pun seharusnya atas saran dokter." Artinya, kita jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina. "Terlebih lagi, pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan pH vagina." Kita tahu, bila pH enggak seimbang lagi di vagina, maka kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat tersebut. Ini, kan, malah  bisa menimbulkan penyakit-penyakit lain.

3. MENABURI TALK

Yang kerap terjadi lagi, saat daerah vagina gatal atau merah-merah, kita menaburkan talk di sekitarnya. Walah, ternyata itu bahaya. Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi kanker ovarium (indung telur). "Sebab di usia subur berarti sering ovulasi. Padahal bisa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Nah, bila partikel talk masuk akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, kan, bisa merangsang bagian luka untuk berubah sifat jadi kanker." Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi talk di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk kedalam.Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.

4. DIET RENDAH LEMAK

Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). "Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering terpapar hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker." Jadi, terang Nasdaldy, untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang sehat dan segar. Jangan lupa untuk menjaga berat badan ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila penderita kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab, umumnya mereka menganut pola makan tinggi lemak.
5. KEKURANGAN VITAMIN C

Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asal folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan timbul kanker serviks. "Beta karoten, vi! tamin C, dan asam folat dapat memperbaiki atau memperkuat mukosa diserviks. Nah, jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker."Beta karoten banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.

6. HUBUNGAN SEKS TERLALU DINI

Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi atau belum, lo. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa; yang terdapat diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja; paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun.Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si wanita. "Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma." Lain hal bila hubungan seks dilakukan kala usia sudah di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. Nah, karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. "Sifat sel, kan, selalu berubah setiap saat; mati dan tumbuh lag! i. Karena ada rangsangan, bisa saja sel yang tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker."

7. BERGANTI-GANTI PASANGAN

Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti pasangan seks. "Bila berhubungan seks hanya dengan! pasangannya, dan pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks." Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait dengan kemungkinantertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). "Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Nah, bila terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menjadi kanker."

8. TERLAMBAT MENIKAH

Sebaliknya wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Sebab, golongan wanita ini akan terus-menerus mengalami ovulasi tanpa jeda. "Jadi, rangsangan terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel di endometriumberubah sifat jadi kanker."

Risiko yang sama pun akan dihadapi wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena ia pun akan mengalami ovulasi terus-menerus. "Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Jadi, kemungkinan terkenakanker ovarium akan semakin besar."
Nah,salah satu upaya pencegahannya tentu dengan menikah dan hamil. Atau bisa juga dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB.
Sebab penggunaan pil KB akan mempersempit peluang terjadinya ovulasi. "Bila sejak usia 15 tahun hingga 45 tahun dia terus menerus ovulasi, lantas 10 tahun ia ber-KB, maka masa ovulasinya lebih pendek dibandingkan terus-menerus, kan?" Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi
dapat menurunkan kejadian kanker ovarium sampai 50  persen.
9. PENGGUNAAN ESTROGEN

Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat menopause. "Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat memungkinkan terjadi kanker." Tak heran bila wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat memungkinkan terkena kanker. "Umumnya wanita yang telah menopause di negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan jantung." Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang semakin menebalnya dind! ing endometrium dan merangsang sel-sel endometrium sehingga berubah sifat menjadi kanker. "Jadi, sebaiknya penggunaan hormon estrogen harus atas pengawasan dokter agar sekaligus juga diberikan zat antinya, sehingga tidak berkembang jadi kanker."Nah, banyak hal ternyata yang bisa dilakukan agar tak "mengundang" kanker datang ke tubuh kita. Tentu saja kita bisa memulainya dari hal-hal kecil. Jangan tunda sampai esok!

Kamis, 09 Juni 2011

pedoman dan strategi belajar

  • Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
    Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
  • Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu.  Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
  • Kerjakan dulu mana yang penting.
    Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah kamu tentukan sendiri.  Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan perhatianmu dari tujuanmu.
  • Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition" (bukan situasi "win-win" lagi).
    "Co-opetition" merupakan gabungan dari kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition" (persaingan).  Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas, anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas.  Dengan begini, kamu akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di dalam kelas.
  • Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah akademis dengan guru/dosenmu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu sebagai guru/dosen tersebut.  Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu, kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam posisi guru/dosen tersebut.
  • Cari solusi yang lebih baik.
    Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut.  Coba cara lainnya.  Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar, teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu.   Mereka akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
  • Tantang dirimu sendiri secara berkesinambungan.Dengan cara ini, belajar akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapatkan ide-ide yang cemerlang.